DEFINISI OBSERVASI
Bagaimana cara ilmuan menemukan dan
mengembangkan Ilmu Pengetahuan Alam ?
ilmuan berhasil mengembangkan ilmu pengetahuan karena mereka berkerja secara
sistematis, jujur, dan disiplin. Mereka mengembangkan semua keterampilan yang
mereka miliki. Ketermapilan itu dinamakan keterampilan proses. Seseorang yang
ingin mempelajari sains diharapkan dapat menggunakan dan melatih keterampilan
proses yang dimilikinya sehingga akan terbentuk suatu sikap ilmiah dalam
menjawab berbagai pertanyaan-pertanyaan di alam. Keterampilan proses sains
tersebut yang pertama adalah "Kemampuan Melakukan Observasi”
Ø
DEFINISI OBSERVASI
Istilah observasi berasal dan bahasa Latin
yang berarti ”melihat” dan "memperhatikan”. Istilah observasi diarahkan pada
kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan
mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. Observasi
menjadi bagian dalam penelitian berbagai disiplin ilmu, baik ilmu eksakta
maupun ilmu-ilmu sosial, Observasi dapat berlangsung dalam konteks
laboratoriurn (experimental) maupun konteks alamiah. Observasi yang berarti
pengamatan bertujuan untuk mendapatkan data tentang suatu masalah, sehingga
diperoleh pemahaman atau sebagai alat re-checkingin atau pembuktian terhadap
informasi / keterangan yang diperoleh sebelumnya.Sebagai metode ilmiah
observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan fenomena-fenomena
yang diselidiki secara sistematik. Dalam arti yang luas observasi sebenarnya
tidak hanya terbatas kepada pengamatan yang dilakukan, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Pengamatan tidak langsung misalnya melalui questionnaire
dan tes
Ø DEFINISI OBSERVASI DARI BEBERAPA PENDAPAT AHLI
Pengamatan
merupakan ketrampilan proses yang paling dasar dalam IPA untuk
mengembangkan ketrampilan yang lainnya seperti menafsirkan,
komunikasi, mengklasifikasi, mengukur, dan sebagainya. Melalui
pengamatan kita dapat
belajar tentang alam sekitar yang sangat menakjubkan.
Kata pepatah: Indera adalah jendela dunia. Kita mengamati benda-benda dan peristiwa
maupun gejala-gejala di alam sekitar melalui pancaindera yang dimiliki, yaitu mata sebagai indera
penglihat, telinga sebagaiindera
pendengar, kulit sebagai indera peraba atau perasa, hidung sebagaiindera pembau, dan
lidah sebagai indera pengecap. Melalui alat indera kita memperoleh informasi. Berdasar
informasi tersebut, kita dapat termotivasi untuk semakin ingin tahu, bertanya, berpikir, dan membuat penafsiran tentang
apa yang diamati. Selanjutnya mengadakan penelitian
lebih lanjut untuk memperoleh informasi lebih banyak
atau untuk mencari jawaban pertanyaan, atau menguji apa yang dipikirkan.
Pengamatan terhadap obyek atau gejala alam dilakukan dengan alat indera. Namun karena keterbatasan kemampuan alat indera,
seringkali pengamatan dilakukan menggunakan alat
bantu, seperti, mikroskrop, kaca pembesar, alatukur dan sebagainya.
Pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan alat indera tanpa
mengacu pada satuan pengukuran
yang menggunakan alat ukur yang mengacu pada satuan pengukuran
disebut pengamatan kuantitatif.
Besaran yang diperoleh dari menghitung atau mencacah dan perbandingan juga termasuk
dalam pengamatan kuantitatif.
Menurut Kartono (1980: 142) pengertian observasi diberi
batasan sebagai berikut: "studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena
sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan pencatatan”. Poerwandari
tidak memberikan batasan tentang observasi tetapi memberikan penjelasan tentang
observasi sebagai berikut: "Observasi barangkali menjadi metode yang paling
dasar dan paling tua di bidang psikologi, karena dengan cara-cara tertentu kita
selalu terlibat dalam proses mengamati. Semua bentuk penelitian psikologis,
baik itu kualitatif maupun kuantitatif mengandung aspek observasi di dalamnya.
Istilah observasi diturunkan dari bahasa Latin yang berarti "melihat” dan
"memperhatikan”. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara
akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar
aspek dalam fenomena tersebut. Observasi selalu menjadi bagian dalam penelitian
psikologis, dapat berlangsung dalam konteks laboratorium (eksperimental) maupun dalam konteks alamiah (Banister dkk, 1994
dalam Poerwandari 1998: 62). Patton (1990: 201 dalam Poerwandari,
1998: 63) menegaskan observasi merupakan metode pengumpulan data esensial dalam
penelitian, apalagi penelitian dengan pendekatan kualitatif. Agar memberikan
data yang akurat dan bermanfaat, observasi sebagai metode ilmiah harus
dilakukan oleh peneliti yang sudah melewati latihan-latihan yang memadai, serta
telah mengadakan persiapan yang teliti dan lengkap. Flick (2002: 135) menjelaskan
tentang observasi sebagai berikut: disamping kemampuan berbicara dan
mendengarkan sebagaimana digunakan dalam wawancara-wawancara, observasi
merupakan keterampilan harian lain sebagai secara metodelogis disistematisir
dan diterapkan dalam penelitian kualitatif. Tidak hanya persepsi visual tetapi
juga persepsi berdasarkan pendengaran, perasaan dan penciuman yang
diintegrasikan. ("Besides the
competencies of speaking and listening which are used in interviews, observing
is another everyday skill which is methodologically systematized and applied in
qualitative research. Not only visual perceptions but also those based on
hearing, feeling and smelling are integrated (Adler and Adler 1998)”). Kerlinger
(1986, terjemahan Simatupang 1990: 857) intinya menyatakan bahwa manusia
melakukan pengamatan sehari-hari terhadap orang lain, lingkungan sekeliling dan
lain-lain. Tetapi pengamatan seperti itu jelas tidak memberikan data yang dapat
dipergunakan untuk penelitian ilmiah. Oleh peneliti-peneliti kuantitatif agar data
hasil pengamatan dapat dimanfaatkan dalam penelitian ilmiah perlu diterapkan
prosedur pengukuran yaitu setiap perilaku diberi skor menurut aturan tertentu,
sehingga berdasarkan skor-skor tersebut dapat disusun kesimpulan. Namun menurut
Kerlinger hal tersebut ternyata masih menimbulkan kontroversi dan perdebatan.
tersebut harus dikontrol secara ketat dan cermat agar perilaku tersebut dapat
dikenakan prosedur pengukuran, dengan demikian data tersebut bermanfaat untuk
ilmu pengetahuan ilmiah. Peneliti-peneliti kualitatif menyatakan bahwa
pengamatan harus alamiah (naturalistik): pengamat harus larut dalam situasi
realistik dan alami yang sedang berlangsung, dan harus mengamati perilaku
sebagai yang muncul dalam wujud yang sebenarnya. Walaupun hal ini dalam
pelaksanaannya sangat sulit dan rumit. Bachtiar (dalam Koentjoroningrat,
1977: 139) intinya menyatakan bahwa dalam pengetahuan ilmiah mengenai segala
sesuatu yang diwujudkan oleh alam semesta, pengamatan merupakan teknik yang
pertama-tama digunakan dalam penelitian ilmiah. Selanjutnya dinyatakan berbeda
dengan pengamatan yang dilakukan sehari-hari, pengamatan sebagai cara
penelitian menuntut dipenuhinya syarat-syarat tertentu yang merupakan jaminan
bahwa hasil pengamatan memang sesuai dengan kenyataan yang menjadi sasaran
penelitian. Syarat-syarat tersebut adalah peneliti harus berusaha membandingkan
dengan hasil pengamatan orang lain dalam masalah yang sama dan dalam keadaan
yang sama, apabila ternyata mendapatkan hasil yang tidak sama, maka harus
diperiksa kembali dimana kesalahannya. Untuk menguji kebenaran suatu
pengamatan, peneliti dapat mengulang pengamatannya kemudian membandingkan
dengan hasil pengamatan pertama. Walaupun hal ini tidak selalu dapat dilakukan
karena ada peristiwa yang hanya sekali terjadi, sehingga tidak dapat diamati
lagi. Dari berbagai pendapat beberapa tokoh tentang pengamatan (observasi) maka
dapat disimpulkan bahwa pengamatan (observasi) dalam konteks
penelitian ilmiah adalah studi yang disengaja dan dilakukan secara sistematis,
terencana, terarah pada suatu tujuan dengan mengamati dan mencatat fenomena
atau perilaku satu atau sekelompok orang dalam konteks kehidupan sehari-hari,
dan memperhatikan syarat-syarat penelitian ilmiah. Dengan demikian hasil
pengamatan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
TUGAS SISWA
- BUAT
MATERI PENGAYAAN/TAMBAHAN ( DITULIS TANGAN / DIKETIK TENTANG ) DARI
BERBAGAI SUMBER TENTANG PENGERTIAN LIMBAH MINIMAL 5 LEMBAR KERTAS
VOLIO/HVS (POINT NILAI 10) - BUAT 10 SOAL DARI MATERI INI DAN KEMUDIAN ANDA JAWAB SENDIRI (POINT NILAI 10)
- BUAT LAPORAN TENTANG HAKEKAT/ KEGUNAAN BAGI ANDA ATAU LINGKUNGAN ANDA SETELAH MEMPELAJARI MATERI INI (POINT NILAI 10)
- TUGAS DIKUMPULKAN PALING LAMBAT 1 MINGGU..!!